Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Prinsip-Prinsip Pemahaman Hadis Muhammad Shahrur

  كيف نفهم السنة النبوية؟ فإذا فهمنا ما سبق كله حق الفهم، انحلت أمامنا أكبر إشكالية على الإطلاق، هي إشكالية تعريف السنة النبوية وتعاملنا معها ضمن مفهوم جديد، وفهمنا للجيل النبوي ثم لمرحلة تأسيس الفقه الإسلامي في القرن الثاني الهجري، وطريقة تعاملنا معه. فمحمد بن عبد الله (ص) إنسان بشر، له بعد إضافي يميزه عن باقي البشر هو الوحي، تماماً كقوله تعالى: {قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ} الكهف 110، فصلت 6. أوحي إليه التنزيل الحكيم نصاُ ومحتوى، فبلّغه للناس كما وصله تماماً، وكان شديد الحرص على إبلاغه بشكل علني (البلاغ المبين). فالبلاغ هنا هو التوصيل والمبين هو العلني وهو عكس المكتوم. نفهم هذا بدلالة قوله تعالى: {وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ…} آل عمران 187.

Kota-Kota Pusat Penyebaran Hadis

Gambar
Pengkajian hadis Nabi telah berlangsung berabad-abad. Para sarjana menggambarkan bahwa era kejayaan pengkajian hadis adalah antara abad kedua hingga kelima hijriah. Hal ini bersamaan dengan munculnya karya-karya ensiklopedi hadis dengan berbagai macam genrenya. Di samping berbagai ilmu yang berhubungan dengan hadis. Atau yang akrab disebut ilmu hadis (jamak; ulum al-hadis).  Zaman keemasan pengkajian hadis ini juga ditandai dengan banyaknya sarjana yang menerjunkan diri dalam bidang pengkajian hadis. Mereka bekerja keras melakukan kerja lapangan, mengelilingi dunia untuk mencari jejak-jejak sabda Rasulullah saw. Perburuan, pencatatan, penghafalan, penyeleksian, dan pembukuan merupakan pekerjaan utama mereka. Jumlah mereka cukup banyak, dan mereka berasal dari berbagai macam wilayah di negeri-negeri Muslim saat itu. 

Nikmatnya Berbagi Ilmu (Satu Tahun Mengikuti Perjalanan Komunitas Mahasiswa Pengkaji (Ilmu) Hadis)

Gambar
Setahun ini, saya bersama kawan-kawan mencoba berbagi dengan apa yang kami punya. Spirit berbagi inilah yang coba kami tanamkan dalam diri kami. Dan kami ingin membuktikan bahwa berbagi tidak selalu berhubungan dengan materi. Baik itu berbentuk uang maupun barang. Berbagi sebenarnya berkaitan dengan kebutuhan. Dan kebutuhan manusia bukan saja terhadap materi. Dimensi-dimensi manusia cukup luas dan komplek. Dan dimensi-dimensi itu selalu “mengalami” kebutuhan. 

Ayat-Ayat Multikulturalisme; Pesan al-Quran tentang “Perbedaan dalam Kedamaian”

  Pendahuluan Bagaimanakah membangun suatu masyarakat yang ideal? Di atas dasar apa suatu masyarakat yang ideal itu dapat ditegakkan? Dua pertanyaan yang bernada filosofis ini telah memancing perdebatan yang memakan waktu cukup lama dalam sejarahnya. Plato [427-347 SM.], filsuf Yunani Kuno memandang model kehidupan negara-kota lah yang paling ideal. Negara ideal tidak boleh terlalu gemuk, cukup seluas kota agar mudah melakukan perencanaan, pengaturan, dan pendisiplinan. [1] Al-Farabi [w. 874 M.], sebagai wakil filsuf dari dunia Islam menawarkan konsep Madinah Fadhilah [Kota Utama] di mana seluruh kehidupannya didasarkan pada rasionalisasi [ al-‘aql ] yang menyatukan seluruh elemen masyarakatnya. Tanpa mempertimbangkan besaran wilayah suatu negara. al-Mawardi [w. 1058 M.], ahli hukum tata negara klasik menyatakan sebuah negara harus disatukan oleh suatu ideologi yang berwibawa dan diterima-patuhi oleh seluruh elemen yang hidup di dalamnya. Ideologi itu bernama agama [ al-din al-mu

Periwayat Khawarij dalam Literatur Hadis Sunni

Gambar
Abstrak : Makalah ini merupakan resume hasil penelitian Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah (selanjutnya Ubayd) yang menyimpulkan bahwa tingkat komitmen seorang periwayat terhadap sunnah Nabi dapat menetralisir bias ideologi dalam proses periwayatan. Implikasinya, tingkat keterpercayaan seorang periwayat juga meningkat yang disertai tingkat penerimaan riwayat penganut ideologi. Dalam diskursus kajian hadis, ideologi sering digambarkan sebagai faktor yang mempengaruhi keterpercayaan seorang periwayat. Pada tahap selanjutnya, riwayat penganut ideologi ditolak karena kecurigaan bahwa riwayatnya dipenuhi kepentingan ideologis. Tesis ini didukung oleh sejumlah sarjana Barat seperti Ighnaz Goldizher, Joshep Schacth, J. Nicolson, dan lainnya yang menyatakan bahwa hadis yang bereda di lingkungan ummat Islam tidak dapat diyakini berasal dari Nabi saw. Seluruhnya merupakan produk ideologi abad pertama dan kedua hirjriah. Ubayd menolak asumsi tersebut dengan menggunakan teori resepsi komunikasi. Teori ini

Menuju Sosiologi Hadis (Sebuah Pengantar Review)

Program pengkajian jurnal-jurnal internasional merupakan upaya mencari contoh model-model pengkajian hadis Nabi. Selain itu, pengkajian tersebut juga bertujuan memperkaya wawasan tentang kajian hadis kontemporer. Khususnya untuk kepentingan komunitas. Pencarian model dan pengkayaan wawasan ini telah sedikit banyak menghubungkan kajian dengan jejaring pengetahuan non-agama seperti ilmu-ilmu sosial yang meliputi sejarah, sosiologi,   kritik budaya, dan fenomenologi.

Kritik atas Metode Kritik Hadis Nasiruddin al-Albani

Gambar
Diskusi eBI kali ini mengangkat penelitian Kamaruddin Amin berjudul Nasir al-Din al-Albani on Muslim Sahih, Critical Study of His Method . Orang Makassar jebolan universitas terkemuka di Jerman ini mencoba melihat metode kritik hadis yang digunakan oleh tokoh hadis kelahiran Albania tersebut. Menurutnya, al-Albani merupakan sosok yang unik. Dengan metode yang sama dengan yang digunakan ahli hadis pada umumnya, dia membuat kesimpulan-kesimpulan yang berbeda dengan kesimpulan ahli hadis kenamaan, Muslim bin Hajjaj al-Naisaburi, penulis kitab Sahih Muslim (SM). Tidak kurang dari 360 buah hadis dalam SM disinyalir daif alias tidak otentik. Hal ini tentu saja membantah tesis yang selama ini diimani oleh jumhur ulama yang menyatakan bahwa otentisitas hadis-hadis yang termuat dalam Sahihain (Bukhari-Muslim) berada sedikit di bawah Alquran. Artinya, tidak perlu diragukan karena telah melalu proses seleksi yang ketat. Pandangan ini telah menjadi keyakinan umum di kalangan umat Islam,

Hadis dan Kritik Sosial (Islam Jawa)

Gambar
Diskusi kali ini mengangkat artikel Mark R. Woodward tentang terjemahan sebuah kitab hadis yang populer di Indonesia, Riyadh al-Shalihin (RS). Kajian Mark Woodward itu dituangkan dalam artikel berjudul Textual Exegesis as Social Commentary: Religious, Social, and Political Meanings of Indonesian Translations of Arabic Hadith Texts . Mark yang seorang Indonesianis dalam Islam Jawa itu mengamati bahwa terjemahan tersebut bukan sekadar terjemahan yang terlepas dari konteks sosial politiknya. Bahkan dalam temuannya, Mark menyatakan terjemahan itu ideologis. Ia berfungsi melakukan kritik sosial-kebudayaan-politik, selain meneguhkan identitas suatu kelompok sosial tertentu. 

Keluarga Nabi, Bahtera Keselamatan (Anjuran Mencintai Ahli Bait dalam Hadis Nabi.)

Gambar
M. Khoirul Huda Peran keluarga Nabi saw. dalam melestarikan dan menyebarkan ajaran Islam sangat besar. Utamanya pada masa ketika umat Islam sedang dalam keadaan kritis. Tiga pengalaman di masa lalu menunjukkan kontribusi mereka dalam pelestarian agama ini. Pertama , pasca kudeta Mu’awiah, muncul tiga faksi besar di kalangan umat Islam: faksi Umawi, faksi Ali, dan faksi Khawarij. Perebutan kekuasaan yang melelahkan mereda ketika al-Hasan bin Ali menyerahkan klaim kekhalifahannya kepada Mu’awiah. 

Book Review “Teologi dalam Periwayatan Hadis” Aceng Abdul Kodir, Pustaka Aura Semesta, 2013, ISBN 978-602-17623-5-6

Gambar
Menjadi opini umum, bahwa para ahli hadis cenderung menolak riwayat orang-orang yang disinyalir mengikuti aliran pemikiran tertentu atau yang sering disebut ahl al-ahwa’ wa al-bida’ (baca: mutakallim). Buku ini berusaha menampilkan ‘bentuk’ rekonsiliasi antara ahli hadis dan para pengikut aliran pemikiran. 

Menyoal Tarikh al-Kabir: Tradisi Kritik Hadis Generasi Pertama

Gambar
Diskusi el-Bukhari Insitute kali ini mengangkat artikel Christopher Melchert yang berjudul Bukhari and Early Hadith Critisism. Sebuah artikel yang diterbitkan oleh jurnal internasional JSTOR. Pemateri adalah saudari Rizqa Fathurrahmah dan dimoderatori oleh saudara Abdul Karim Munthe yang juga Direktur el-Bukhari Institute. 

Membincang Wacana “Mukjizat Ilmiah Hadis”

Gambar
"Artikel ini akan mengulas diskursus ...logika sains dalam praktik penafsiran hadis..." A.     Prawacana Abad modern ditandai dengan dominasi nalar sains dalam kehidupan manusia.Hal ini berdampak buruk sekaligus positif bagi perkembangan cara pandang keagamaan. Dalam dunia tafsir kitab suci misalnya, lahir sejumlah buku tafsir yang berusaha menampilkan aspek-aspek saintis dalam ayat-ayat Tuhan. Dalam tradisi hukum, lahir teori hikmah ( theory of wisdom ) atau populer dengan istilah teori maqashid syariah , salah satu bentuk rasionalisasi atas doktrin hukum dengan menjawab pertanyaan “mengapa demikian”. Sufisme Islam pun mendapatkan pembenaran dari psikologi. Bahwa sufisme merupakan terapi psikologi menurut Islam. Tidak ketinggalan pula dunia politik yang mulai mempopulerkan wacana “negara Islam”. Suatu istilah yang sepertinya tidak dikenal selama berabad-abad era kejayaan Muslim. Para aktivis, sarjana dan cendekiawan Muslim “dipaksa” merumuskan apa

Pengembangan Metode Pemahaman Hadis*

Taha Jabir Ulwani Meyakini otoritas Sunah Nabi merupakan keniscayaan dalam agama Islam. Tidak seorang pun ulama salaf mempermasalahkannya. Namun kemudian muncul sekelompok orang yang dangkal pemahamannya serta sedikit ilmunya. Mereka tidak dapat membedakan antara sunah yang otentik dari Nabi, baik yang dibuktikan secara meyakinkan dan pasti maupun yang didasarkan argumentasi yang kuat, dan sunah (tradisi) orang-orang kuno dan cerita-cerita masa lalu. Mereka juga tidak dapat membedakan batas kemungkinan dalam berargumentasi menggunakan berita yang berasal dari generasi pertama. Dan dalam konteks apa hujah itu digunakan. Dan apa tingkatannya dalam hierarkhi instrumen pengetahuan manusiawi. Dan apakah berita itu cukup kuat untuk menghadapi kontradiksi dengan kenyataan empiris atau kenyataan rasional ketika ia menghadapi problem tersebut atau tidak.

Pendekatan Kaum Modernis Terhadap Studi Hadis

 Noor al-Din Atabik Seperti modernisme Barat, modernisme Islam sulit untuk di definisikan . Ia meluas meliputi serangkaian pandangan metafisik, epistemologis dan tren heuristik   yang berdiri sebagai antitesis terhadap pandangan tradisionalisme.

Memahami Hadis Melalui Pemilahan Posisi Nabi Saw. (Sebuah Abstrak untuk Skripsi)

M. Khoirul Huda Analisis saya terhadap metode ushul fiqh atau ilmu matan hadis berkesimpulan bahwa metode tersebut tergolong apa yang oleh pakar analisis wacana sebut sebagai paradigma positivisme. Yaitu kecenderungan penafsiran yang sangat tergantung pada aspek kebahasaan, semantik, gramatikal, dan problem-problem kebahasaan lainnya. Sedangkan analisis terhadap metode pemilahan Ibn ‘Āsyūr berakhir pada kesimpulan bahwa metode tersebut cenderung pada aliran paradigma konstruktivisme. Sebuah kecenderungan penafsiran yang menekankan pentingnya subjek yang memproduksi wacana yang sering diabaikan dalam analisis wacana aliran positivisme.

Metode Pemahaman Hadis dalam Lintasan Sejarah

M. Khoirul Huda Artikel ini akan sedikit memaparkan tentang sejarah pemahaman hadis secara sepintas lalu. Sekadar menulis ulang tentang konsep pemahaman, bentuk hadis yang menjadi objek pemahaman, dan jajaran literatur yang pernah terlibat dalam wacana metode pemahaman hadis.  

Pendekatan Intellectual History dalam Studi Hadis

M. Khoirul Huda   Artikel ini akan membincang bentuk lain hubungan dua disiplin keilmuan tersebut (ilmu hadis dan ilmu sejarah). Kita akan melihat bagaimana studi sejarah digunakan melihat persoalan hadis. Utamanya apa yang disebut sejarah intelektual atau bila Anda rajin mengunjungi dunia maya lebih populer dengan nama intellectual history. Sejarah intelektual berarti sebuah disiplin sejarah yang memfokuskan para intelektual sebagai objek kajiannya.