Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Jihad dalam Al-Quran Apakah Hanya Berarti Perang? Begini Kata Al Quran dan Para Pakar Tafsir

M. Khoirul Huda Setiap individu atau kelompok memiliki keinginan untuk mewujudkan apa yang mereka cita-citakan. Dalam komunitas Muslim, ada banyak individu atau kelompok yang memiliki orientasi dan cita-cita yang berbeda-beda. Di antara individu atau kelompok Muslim ada yang merujuk kepada kitab suci dalam merumuskan cita-citanya.  Kelompok Muslim yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan akan merujuk kepada kitab suci untuk menemukan ayat-ayat Tuhan yang memotivasi pengembangan pengetahuan. Kelompok spiritualis akan merujuk kitab suci menemukan dukungan kecenderungan mereka. Begitu juga kelompok politik akan mencari rujukan dalam kitab suci tentang apa yang harus diwujudkan dan cara mewujudkannya. Ketika kitab suci mengandung ayat-ayat yang menunjukkan penggunaan kekerasan seperti perang, maka dengan segera akan menarik perhatian individu dalam kelompok tersebut. Tanpa mempertimbangkan lebih jauh konteks (asbabun nuzul) ayat, pemilihan kaidah-kaidah penafsiran yang tepat,

Kritik Terhadap Konsep Tauhid Hakimiyyah

M. Khoirul Huda Belakangan berkembang kelompok yang memperkenalkan konsep syirik dalam pemerintahan. Istilah mereka, syirkul qushur . Disebut syirik karena dianggap bertentangan dengan konsep tauhid. Dalam pandangan mereka, tauhid juga harus diimplementasikan dalam urusan pemerintahan. Tauhid menurut mereka berarti hanya mengakui Allah sebagai pencipta ( rububiyah ), memurnikan ibadah hanya kepada Allah ( uluhiyah ), dan hanya Allah yang berhak membuat aturan ( hakimiyah ). Ketika hak membuat peraturan hanya milik Allah, tidak boleh ada makhluk yang membuat peraturan di luar peraturan-Nya. Membuat peraturan di luar peraturan Allah berarti menempatkan manusia pada posisi Allah. Hal ini sama dengan mengakui Tuhan selain Allah. Dan ini adalah bentuk memusyrikan. Larangan menyekutukan Allah dalam pembuatan peraturan, dalam pandangan mereka, ditegaskan dalam Al-Quran berikut: وَلَا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا (26 ( Dan Allah tidak menyekutukan dalam ‘hukum’-Nya pada seo

Fitnah Besar Sebelum Fitnah Dajjal

 M. Khoirul Huda Hadis-hadis tentang akhir zaman belakangan kembali populer. Para penyebarnya adalah para dai yang punya afiliasi politik tertentu. Atau kelompok tertentu yang bertujuan mendirikan negara yang mereka yakini sebagai negara Islam. Untuk mempengaruhi masyarakat, mereka mengutip hadis-hadis Nabi saw. tentang akhir zaman lalu mereka mencocok-cocokkan dengan kondisi sekarang. Di antara hadis akhir zaman yang sering dikutip di antaranya adalah hadis tentang Imam Al-Mahdi dan Dajjal.   Dalam salah satu situs internet, untuk mempromosikan organisasi terornya, seorang penulis mengutip sebuah hadis riwayat Imam Ahmad bin Hanbal. Penulisnya mengutip terjemah hadis bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, fitnah sebagian dari kalian lebih aku takutkan dari fitnahnya Dajjal. Dan tidak ada seseorang pun dapat selamat dari badai fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan pasti selamat pula darinya (fitnah Dajjal) setelahnya.   Dan tidak ada fitnah yang dibuat sejak adanya duni

Di Akhir Zaman, Kaum Munafik Menjadi Pendukung Dajjal?

M. Khoirul Huda Pada 2017, frasa “Akhir zaman” tengah menjadi isu hangat di Indonesia. Ada dua konteks yang melatarbelakangi naiknya wacana fitnah akhir zaman itu. Pertama, menghangatnya situasi politik nasional sebab pemilihan kepala daerah serentak. Kedua, kondisi global yang penuh kompleksitas dan membuat banyak orang frustasi. Penjelasan dengan bahasa agama adalah yang paling mudah dicerna. Termasuk penjelasan bahwa kompleksitas masalah yang mereka hadapi adalah tanda-tanda akhir zaman. Orang harus segera menyelamatkan dirinya dengan menjadi pribadi yang saleh.  Sayangnya, tawaran menjadi orang saleh adalah dengan cara menciptakan kecurigaan dan membenci pada kelompok lain yang berbeda pandangan dan pilihan politik. Tawaran lainnya, adalah pergi ke negeri terberkahi di Timur Tengah yang punya jaminan keamanan Tuhan. Tawaran lain adalah terlibat konflik di Timur Tengah sebagai militan dimana mereka percaya bahwa ia adalah bagian dari tanda-tanda kemunculan Dajjal. Apapun

Tafsir Qs. Al-Mukminun: 86-87: Benarkah Kaum Quraisy Bertauhid Sebelum Datangnya Islam?

M. Khoirul Huda Islam datang mengajarkan keyakinan tauhid. Yaitu pengakuan bahwa hanya ada satu Tuhan yang pantas disembah. Terdapat banyak sekali ayat Al-Quran yang mengajarkan keyakinan tauhid. Ajakan bertauhid pertama kali ditujukan kepada kaum Quraisy. Suku yang menguasai kota Mekah pada masa Rasulullah saw.  Mereka adalah suku penyembah berhala. Mereka tidak malu menyembah berhala padahal mereka hidup di kota suci tempat Baitullah berada. Seharusnya hanya Allah yang mereka sembah. Namun, keyakinan tauhid yang diajarkan Nabiyullah Ibrahim as. telah ditinggalkan diganti kepercayaan terhadap berhala-berhala. Inilah kondisi kaum Quraisy saat diutusnya Rasulullah saw.  Namun demikian, ada sebagian umat Islam yang meyakini bahwa kaum Quraisy adalah orang-orang yang beriman dan bertauhid. Mereka meyakini bahwa kaum Quraisy percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta semesta; langit, bumi dan segala isinya. Mereka mendasarkan pahamnya pada Qs. Al-Mukminun: 86-87 berik

Kritik Terhadap Pemahaman Hadis Pasukan Panji Hitam ISIS

Penggunaan hadis untuk mendukung agenda politik kekuasaan-kekerasan merupakan fenomena yang lumrah terjadi dalam dunia Islam. Berdirinya Daulah Bani Abbas pada abad kedua hijriah misalnya, banyak didukung dengan kampanye politik yang menggunakan hadis-hadis Nabi tentang akhir zaman. Khususnya hadis tentang Al-Mahdi dan pasukan panji hitam. Belakangan, ada kelompok tertentu yang menggunakan hadis-hadis Nabi saw. tentang akhir zaman sebagai legitimasi gerakan politik mereka yang penuh kekerasan dan kesadisan. Mereka berupaya menarik dukungan umat Islam dengan menggunakan hadis-hadis Nabi saw. Salah satunya, mereka mengklaim sebagai pasukan panji hitam yang datang di akhir zaman mengawal kedatangan sang juru selamat, Al-Mahdi. Tujuannya tidak lain adalah agar umat Islam mendukung gerakan mereka. Mereka menggunakan hadis tentang pasukan panji berikut: «يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمُ ابْنُ خَلِيفَةَ، ثُمَّ لَا يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ، ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّا

Orang Tua Nabi Musyrik? Sebuah Penjelasan Komprehensif Berdasar Literatur Keislaman Otoritatif

 M. Khoirul Huda Ada sebagian umat Islam meyakini bahwa orang yang melakukan perbuatan syirik, sekalipun tidak pernah mendapatkan dakwah Islam, akan mendapatkan siksa di akhirat. Alasan kelompok ini adalah orang-orang yang meninggal pada masa pra Islam divonis masuk neraka, sekalipun belum ada dakwah Islam. Belum ada utusan yang datang kepada mereka. Berdasarkan pandangan ini, mereka meyakini bahwa umat sebelum kedatangan Islam pasti melakukan kemusyrikan sehingga berhak mendapatkan siksa. Lalu, dengan logika terbalik, mereka mengembangkan pandangan bahwa orang yang belum mendapat dakwah saja langsung divonis kafir, apalagi umat yang hidup di masa setelah datangnya syariat Islam. Ketika ada umat pada zaman Islam melakukan perbuatan yang dinilai musyrik, maka mereka harus segera divonis musyrik tanpa mengklarifikasi lebih jauh atau memilah-milah lebih dulu. Karena pemikiran tersebut, mereka mudah mengkafirkan umat Islam yang mereka anggap melakukan perbuatan kemusyrikan. Mer

Benarkah Kaum Quraisy Telah Bertauhid Sebelum Datangnya Dakwah Islam?

M. Khoirul Huda Sebagian umat Islam percaya bahwa orang-orang Quraisy yang memusuhi dakwah Rasulullah saw. adalah orang-orang yang beriman dan bertauhid.   Dalam pandangan sebagian umat tersebut, kaum Quraisy percaya bahwa hanya Allah yang menciptakan, menguasai dan memberi rizki. Hanya Dia yang menghidupkan dan mematikan. Hanya Dia yang memberi manfaat dan menolak mudarat. Hanya dia yang bisa mengabulkan doa ketika manusia dalam keadaan terjepit. Penguasa segala sesuatu. Kebaikan dan keburukan. Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada sekutu dalam semua itu. Meyakini hanya Allah pencipta, penguasa, dan pengatur semesta adalah pengakuan tauhid. Sebagian umat itu menyebutnya dengan istilah “tauhid rububiyyah”.   Muncul pertanyaan, benarkah orang-orang Quraisy yang memusuhi Nabi saw. adalah orang-orang yang beriman dan meyakini ajaran tauhid? Benarkah kaum Quraisy bertauhid? 

Bagaimana Ciri-Ciri Imam Mahdi? Penjelasan Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah

M. Khoirul Huda Di antara tanda-tanda akhir zaman adalah kemunculan Imam Mahdi. Pada umumnya, umat Islam percaya akan kedatangannya. Hanya sebagian kecil yang tidak percaya karena meragukan kesahihan riwayat tentang Al-Mahdi. Terlepas dari pro kontra tentang kesahihan riwayat, belakangan, ada kelompok yang menggunakan cerita kedatangan Al-Mahdi untuk mempengaruhi umat Islam agar mendukung gerakannya. Mereka meyakinkan umat Islam bahwa sekarang sudah akhir zaman. Akan terjadi banyak fitnah dan kekacauan. Umat Islam hanya punya dua pilihan memilih menjadi pengikut Dajjal atau pengikut Al-Mahdi. Jika ingin selamat, umat Islam hendaknya bergabung dengan pendukung Al-Mahdi. Mereka sendiri mengaku merupakan calon pendukung Al-Mahdi, ketika Al-Mahdi muncul. Untuk menyambut kedatangan Al-Mahdi, mereka menyusun kekuatan bersenjata agar ketika Al-Mahdi datang, mereka siap menjadi pendukung yang kuat. Mereka juga mengajak umat Islam pindah ke negara-negara yang mereka kuasai, seperti

Pemikiran Ibnu Taimiyyah Tentang Kekafiran Para Pembangkang Zakat

M. Khoirul Huda Dalam sejarah Islam, pemikiran ekstrem dimulai dengan tumbuhnya paham yang meyakini kekafiran orang yang dianggap tidak melaksanakan syariat. Tidak melaksanakan syariat berarti seseorang telah keluar dari agama Islam. Paham ini, pertama kali dikembangkan kelompok Khawarij.  Benar bahwa kelompok Khawarij telah musnah ditelan zaman, kecuali beberapa faksinya yang masih bertahan di sebagian negara Arab. Tetapi yang disebut belakangan telah mengalami moderasi sedemikian rupa sehingga dapat hidup berdampingan dengan kelompok Muslim lain. Namun, dalam sejarah Islam, pemikiran ekstrem tidak pernah benar-benar hilang. Pemikiran yang berorientasi mengkafirkan karena persoalan penerapan syariat selalu punya tempat di bagian kecil umat Islam.  Mayoritas kaum Khawarij tidak dapat bertahan menjelang abad kelima hijriah, tetapi beberapa tokoh yang berafiliasi dengan Ahlus Sunnah justru terjebak dalam pemikiran takfiri model Khawarij. Di antara tokoh yang dikenal "