Tafsir Qs. Al-Mukminun: 86-87: Benarkah Kaum Quraisy Bertauhid Sebelum Datangnya Islam?
M. Khoirul Huda
Islam datang mengajarkan keyakinan tauhid. Yaitu pengakuan bahwa hanya ada
satu Tuhan yang pantas disembah. Terdapat banyak sekali ayat Al-Quran yang
mengajarkan keyakinan tauhid. Ajakan bertauhid pertama kali ditujukan kepada
kaum Quraisy. Suku yang menguasai kota Mekah pada masa Rasulullah saw.
Mereka adalah suku penyembah berhala. Mereka tidak malu menyembah berhala
padahal mereka hidup di kota suci tempat Baitullah berada. Seharusnya hanya
Allah yang mereka sembah. Namun, keyakinan tauhid yang diajarkan Nabiyullah
Ibrahim as. telah ditinggalkan diganti kepercayaan terhadap berhala-berhala.
Inilah kondisi kaum Quraisy saat diutusnya Rasulullah saw.
Namun demikian, ada sebagian umat Islam yang meyakini bahwa kaum Quraisy
adalah orang-orang yang beriman dan bertauhid. Mereka meyakini bahwa kaum
Quraisy percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta semesta; langit, bumi
dan segala isinya. Mereka mendasarkan pahamnya pada Qs. Al-Mukminun: 86-87
berikut:
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ
الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (86) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (87)
Katakan (Muhammad): “Siapa pencipta langit yang tujuh dan pencipta Arsy
yang agung?” Mereka akan menjawab, “Allah”. Katakan (Muhammad):, “Apakah kalian
tidak takut (siksa karena pengingkaran)” (Qs. Al-Mukminun: 86-87)
Secara tekstual Qs. Al-Mukminun: 86-87 seakan menggambarkan bahwa kaum
Quraisy mengakui bahwa pencipta langit tujuh dan Arsy adalah Allah.
Penggambaran ini kurang tepat. Kaum Quraisy merupakan penyembah berhala. Mereka
mungkin percaya wujudnya Allah. Namun kepercayaan itu sudah terkubur dengan
kepercayaan terhadap berhala-berhala. Kepercayaan kepada berhala itulah yang
mendorong mereka melakukan penyembahan terhadap berhala. Bukan lagi kepada
Allah. Karena itu, Al-Quran mengingatkan kembali mereka kepada kepercayaan
semula sebagaimana diajarkan Nabi Ibrahim as. Al-Quran menggunakan gaya bahasa
yang tajam dengan menggugah kesadaran logika dan perasaan mereka.
Pertama, Al-Quran mengajak berpikir tentang siapa pencipta langit dan
perkara yang agung, yaitu Arsy. Kedua, Al-Quran menunjukkan bahwa jika mereka
dapat berpikir dengan benar, niscaya mereka akan sepakat menjawab pencipta
langit dan semesta adalah Allah. Ketiga, Al-Quran menyentuh perasaan mereka
dengan mengatakan “Apakah kalian tidak takut?”
Tahap pertama dan kedua adalah upaya menyentuh logika dengan mengajak
mereka berfikir. Tahap ketiga adalah cara Al-Quran menyentuh hati mereka. Yaitu
agar mereka takut menyalahi logika, keyakinan yang benar berdasarkan logika,
dan perilaku yang didasarkan kepada keyakinan yang benar.
Para ahli tafsir menyebut gaya bahasa ini dengan model ifham wa taubikh,
membungkam dan menyindir keras. Yaitu gaya bahasa yang dapat membuat lawan
bicara mengakui kebenaran sesuai dengan kehendak pembicara. Disebut menyindir
keras karena pada kenyataannya orang-orang Quraisy mengingkari kehidupan
akhirat serta meyakini adanya pencipta selain Allah.
Syekh Abu Al-Sa’ud (w. 982 H.) dalam kitab tafsirnya mengatakan, “(Katakan)
untuk membungkam dan menyindir keras perilaku mereka (Apakah kalian tidak
takut) maksudnya bukankah kalian mengetahui itu (Allah pencipta semesta) namun
kalian tidak menjaga diri kalian dari siksa-Nya karena kalian tidak berperilaku
sesuai tuntunan logika; kalian mengingkari kehidupan setelah kematian dan
kalian meyakini pencipta selain Allah” (Irsyad
Al-Aql Al-Salim Ila Mazaya Al-Kitab Al-Karim, 6/148).
Perkataan Syekh Abu Al-Saud di atas menegaskan Al-Quran bermaksud
menyindir keyakinan dan perilaku kaum Quraisy yang tidak selaras. Secara
keyakinan mereka meyakini adanya Allah. Mereka juga jika berpikir dengan benar
maka mereka akan meyakini bahwa pencipta semesta adalah Allah. Namun
kenyataannya mereka meyakini adanya pencipta selain Allah. Yaitu
berhala-berhala sesembahan yang mereka yakini bisa menentukan dan mengubah
nasib mereka. Lalu mereka menyembah berhala-berhala itu.
Berdasarkan penjelasan ini, kita tahu bahwa kaum Quraisy adalah penyembah
berhala serta meyakini adanya pencipta selain Allah. Tidak benar bahwa kaum
Quraisy meyakini hanya Allah pencipta semesta, tetapi enggan menyembah Allah. Yang
lebih tepat adalah kaum Quraisy meyakini adanya pencipta selain Allah, dan tidak hanya menyembah Allah dalam kehidupan mereka. Karena itu, yang lebih tepat adalah dikatakan, kaum
Quraisy tidak mengakui hanya ada satu Tuhan pencipta semesta. Wallahu A’lam.
Komentar
Posting Komentar