“Text is power.” Itu adalah salah satu kutipan yang saya dapatkan dari sebuah diskusi. Teks disandingkan dengan ekonomi dan militer sebagai kekuatan sebuah bangsa. Di sinilah saya tertarik dengan cara melihat posisi sebuah teks dalam bingkai yang lebih luas; tidak hanya memahami apa kandungan sebuah teks, tetapi bagaimana teks itu berfungsi dalam sebuah masyarakat yang menggunakannya dengan dilandasi keimanan terhadapnya.
Ketika sebuah teks lama dikutip dalam suatu konteks yang baru, sejatinya ia didasari oleh sebuah penafsiran baru. Penafsiran terhadap teks lama tersebut tentunya memiliki motif dan motivasinya sendiri; kepentingan yang mendasari, cara menyajikan teks dan penafsiran yang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan pengutipan. Masyarakat Muslim awam sebagai konsumen informasi tentu tidak dapat membantah informasi yang disajikan dengan kutipan teks suci seperti teks hadis Nabi. Mereka hanya bisa percaya, karena tidak ada pilihan lain akibat keimanannya. Menolak informasi yang diklaim sebagai hadis, akan berakibat pada runtuhnya keimanan. Padahal, sejatinya ia harus dipahami dengan baik terlebih dahulu sebelum diterima. Seperti itulah gambaran teks hadis di dunia kontemporer hari ini yang saya rasakan.
Ketertarikan saya pada isu penggunaan teks tidak dapat dilepaskan dari tempat saya belajar. UIN Jakarta. Selama belajar studi keagamaan, khususnya teks suci Al-Quran dan hadis, pendekatan multidisiplin sangat ditekankan. Eksplorasi terhadap pendekatan-pendekatan yang beragam, khususnya pendekatan ilmu sosial, terhadap teks suci mendorong saya lebih keranjingan. Pada saat menulis skripsi, saya berkenalan dengan disiplin analisis wacana (kritis) atau dalam bahasa aslinya Critical Discourse Analysis (CDA).
Saat itu, ada judul buku yang sangat saya sukai; Society and Discourse How Social Context Influence Text and Talk karya Teun A. van Dijk. Buku ini, dan buku-buku sejenis, sangat menginspirasi saya. Setelah mengerjakan skripsi itu, saya semakin tertarik untuk mempelajari bagaimana teks hadis dipahami dan digunakan dalam kehidupan sosial. Hadis menjadi salah satu teks favorit yang dikutip dan disebarkan untuk mendukung posisi penggunanya. Terlebih setelah era internet berkembang dalam satu dekade terakhir; aroma kontestasi antara kelompok Islam dan di luar keagamaan Islam semakin kuat. Ini menjadi ruang sosial baru yang mewadahi debat debat klasik tentang bagaimana menjadi orang Islam yang baik; yang diandaikan lebih sesuai dengan teks suci. Dunia maya sedikit banyak merupakan cerminan kondisi sosial di dunia nyata. Buku ini merupakan kumpulann catatan ringan saya saat masih kuliah. Baik di tingkat sarjana maupun magister (2010-2019).
Saat di Ciputat itu, saya intens mengikuti kajian-kajian hadis, baik klasik maupun modern. Baik di kelas maupun di forum-forum diskusi. Saya mencatatnya sebagai pengingat, penguat pemahaman, dan sesekali untuk memudahkan pencarian referensi ketika dibutuhkan. Saya kira, ini akan menjadi semacam catatan etnografi kajian hadis di Ciputat selama satu dekade belakangan. Dari sudut pandang seorang mahasiswa yang sedang berproses tentunya. Sebagai sebuah catatan pribadi; kumpulan artikel ini saya merefleksikan perjalanan saya sendiri dalam mengompilasi bentuk-bentuk kajian hadis dan ilmu hadis di Indonesia, secara khusus konteks Indonesia. Saya yakin, kenyataan sebenarnya jauh lebih kaya dibanding yang terangkum dalam kumpulan artikel ini.
Ada empat bagian buku ini meliputi; Pertama, hadis dalam perspektif ilmu hadis klasik. Bagian mendeskripsikan secara singkat perkembangan awal hadis pada era Nabi dan sahabat. Lalu berlanjut sampai era pembukuan hadis. Munculnya komunitas pengkaji hadis, dan lawan debat mereka. Teknik-teknik yang digunakan dalam kajian hadis tradisional, dari metode pengumpulan data (baca: takhrij hadis) sampai metode analisis data (baca: teks hadis). Ini metode pengkajian hadis yang populer di kalangan umat Islam, dulu dan sekarang. Untuk metode takhrij, digunakan metode digital. Baik yang bersifat offline maupun online. Juga disajikan beberapa metode analisis matan; isi dan kandungan hadis. Metode tradisional menganalisis dari perspektif ikhtilaf al-hadits, takwil dan asbabul wurud. Ini tentu tidak bermaksud membatasi keluasan topik metode-metode penelitian hadis tradisional sebagaimana berkembang dalam kesarjanaan Muslim. Sekalipun disebut tradisional, perspektif ini masih sangat relevan bagi dunia kita hari ini. Sama seperti jamu yang sudah bersanding dengan produk-produk kesehatan yang didasarkan kepada sains. Kedua, hadis dalam komunitas akademik Barat. Hadis tidak hanya dikaji oleh para ulama atau sarjana Muslim. Tetapi, juga oleh orang-orang di luar lingkaran umat Islam.
Sejatinya, ada dua kecenderungan dalam kajian hadis oleh komunitas akademik Barat. Pertama, kecenderungan skeptisis revisionistik yang meragukan otentisitas hadis. Mazhab ini diposisikan sebagai bentuk revisi atas sejumlah pandangan yang umum dalam model kajian hadis Muslim. Metode kritik sejarah biasa digunakan dalam model pengkajian ini. Kedua, kecenderungan revaluatif yang ingin mengevaluasi pandangan-pandangan dalam mazhab resivisionist-skeptis. Mazhab revaluasi –meminjam kategorisasi Jonathan Brown, percaya bahwa metode kritik hadis tradisional cukup memuaskan, bahkan lebih valid dibanding metode kritik sejarah. Sekalipun demikian, mazhab revaluasi mendekati hadis dengan kajian sejarah dan disiplin lain yang dapat membantu kerja metode tersebut. Selain aliran kesarjanaan dalam dimensi otensitas, sarjana Barat juga melihat hadis dari dimensi penafsiran dan otoritasnya di lingkungan umat Islam. Berangkat dari kerangka ini, akan dibahas tentang Empat Aliran Orientalisme dalam Kajian Hadis di Barat, Kampus Pusat Kajian Islam dan Hadis di Eropa Beserta Tokohnya, Teori Kanonisasi untuk Menelaah Sejarah Shahih Bukhari Menurut Jonathan Brown, Menemukan Intisari Pesan Nabi dalam Hadis, Pemikiran Hadis Fazlur Rahman, Pendekatan Intellectual History dalam Studi Hadis Menurut Daniel Brown, dan Kitab Riyadhus Shalihin: Teks Hadis dan Kontestasi Ideologi Menurut Mark R. Woodward.
Ketiga, hadis-hadis dalam gerakan sosial Islam. Sebagai salah satu teks suci yang dinilai memiliki otoritas mutlak, hadis digunakan untuk memobilisasi dukungan; selain memang diposisikan sebagai inspirasi dan aspirasi. Ini terjadi dalam pergumulan gerakan sosial dan politik Islam. Kelompok yang dalam literatur akademik disebut ekstremisme (plus kekerasan) menggunakan hadis untuk tujuan mobilisasi dukungan ini. Hal ini menempatkan hadis dalam konteks sumber aspirasi politik. Selain posisi itu, teks hadis juga dapat menjadi inspirasi ruhani sebagaimana terjadi di kalangan sufi-muhaddith. Dalam bagian ini akan diulas tentang Hadis Pasukan Panji Hitam dan Penggunaannya dalam Sejarah Politik Muslim Abad Pertengahan, Melacak Asal-Usul Hadis Khilafāh ‘Ala Minhajin Nubuwwah: Otentisitas, Pemaknaan dan Kontestasi Ideologi, Studi Pengutipan Hadis Hijrah dalam Narasi Ekstremisme Kekerasan dan Hadis dan Sufisme, Potret Relasi Dinamis Antara Teks dan Pengalaman Batin Manusia.
Keempat, hadis dalam komunitas Muslim kontemporer. Tidak seketat pada bab sebelumnya, pembahasan dalam bagian keempat ini terkait dengan isu yang populer di masyarakat Muslim Indonesia; sebagaimana tercermin secara khusus melalui narasi keagamaan di internet. Dalam bagian terakhir ini akan ditampilkan Kajian Hadis Pemimpin Harus Dari Suku Quraisy, Asal-Usul dan Penggunaannya, Hadis-Hadis Tentang Berjabat Tangan, Budaya Islami Sejak Zaman Nabi, Asbabul Wurud Hadis Mengubah Kemungkaran dengan Tangan, Bergembira Menyambut Ramadhan, Inilah Dasar Anjurannya dalam Hadis Nabi, Hadis Summu Sanatin, Covid-19 dan Narasi Anti-Vaksin, Konsep Wajibnya Beramal dengan Hadis Shahih Menurut Syekh Al-Albani, Mengapa Kontroversial?, Membincang Hadis Makan Sahur Saat Azan Sudah Berkumandang, Pendapat Ulama tentang Hadis Hubbul Wathan Minal Iman, Hadis Shahih Tentang Jihad Melawan Nafsu, Asal-Usul Hadis Anjuran Membaca Bismillah, Menguak Kualitas Hadis Pasukan Panji Hitam, Inilah Kualitas Hadis Dunia Penjaranya Mukmin dan Surganya Kafir, MenelaahTentang Asal-Usul Hadis Arwah Mengunjungi Keluarga, Hadis Tidur Membatalkan Wudhu dalam Kitab Bulughul Maram Dhaif, Kok Dijadikan Hujjah?, Hadis Shahih Tentang Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban, Makna Hadis Semua Bi’ah Adalah Sesat Menurut Imam Al-Syafi’I, Bergembira Menyambut Ramadhan, Inilah Dasar Anjurannya dalam Hadis Nabi, Asbabul Wurud Hadis Mengubah Kemungkaran dengan Tangan, Benarkah Orang Tua Nabi Muhammad SAW Adalah Orang Kafir, dan Di Mana Roh Orang Ditempatkan Setelah Mati.
Demikian sedikit pengantar untuk buku kumpulan artikel ini. Tentu saja karya ini sangat banyak mengandung kekurangan. Karena itu, masih membutuhkan pengkayaan lebih lanjut dari orang-orang yang punya konsern dalam kajian hadis. Saya akan sangat beruntug jika semakin banyak orang turut mendiskusikan isi buku ini secara konstruktif.
Judul Buku : HADIS NABI DALAM RUANG SOSIAL Teks, Penafsiran, dan Penggunaannya
Penulis : M. Khoirul Huda
Penerbit : Yayasan Pengkajian Hadits el-Bukhori
Tahun Terbit : Juli, 2022
Jumlah hlm. : xiv+332
Download di sini: Hadis dalam Ruang Sosial: Teks, Penafsiran dan Penggunaannya