M. Khoirul Huda
A. Pendahuluan
Munculnya kelompok
Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) melahirkan perdebatan di kalangan akademik.
Bagi para pengkaji hadis, wacana yang mereka hadirkan banyak bersumber dari
hadis-hadis Nabi. Hal ini menjadi isu menarik bagi para pengkaji hadis Nabi
saw.
Penggunaan
hadis untuk mendukung agenda politik kekuasaan merupakan fenomena yang jamak
terjadi dalam dunia Islam. Berdirinya Daulah Bani Abbas pada abad kedua hijriah
misalnya banyak didukung dengan kampanye politik yang menggunakan hadis-hadis
Nabi tentang akhir zaman. Baik hadis-hadis sahih maupun yang lemah dan palsu. Para
ulama hadis sudah berusaha menjernihkan persoalan dengan meneliti hadis-hadis
tersebut berikut kepalsuannya. Bahkan, setelah berdirinya Daulah Bani Abbas
para sarjana yang pro terhadap pemerintah saat itu mengembangkan hadis palsu
dan lemah. Para ulama hadis berupaya menjernihkan situasi dengan melakukan
kritik hadis. Namun, situasi saat itu sungguh unik. Pemerintah berhasil menarik
simpati hampir seluruh elemen masyarakat Muslim. Terbukti berbondong para
sarjana dan cerdik cendekia datang menuju pusat kota Baghdad. Kedatangan mereka
merupakan bentuk dukungan dan restu terhadap pemerintahan ini. Baghdad
merupakan saksi sejarah bahwa hadis Nabi pernah digunakan mendongkrak
popularitasnya.[1]